Healing…

kintanalifa
3 min readFeb 28, 2021

--

Kamu naik sepeda untuk pertama kalinya, kamu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhmu dan jatuh dari sepeda ke tanah berbatu. Batu-batu dan gesekan membuat kakimu terluka dan berdarah, dan itu membuat kamu takut dan trauma. Keesokan harinya, teman-temanmu mengajakmu naik sepeda kamu tidak bisa karena lukanya masih sakit dan kamu tidak bisa berjalan dengan benar.

Dua minggu kemudian, lukamu mengering dan tidak sakit lagi. Saat seseorang mengajakmu untuk naik sepeda lagi, kamu menerima ajakannya. Tapi saat kamu naik dan hendak mengayuhnya, kamu tidak bisa karena kamu jadi takut berada di atas sepeda. Karena kamu jatuh dan kejadian itu teringat didalam kepalamu membuatmu ragu dan ngeri. ‘Bagaimana kalau aku terluka lagi? Bagaimana kalau kali ini lukanya lebih besar dan sakit? Bagaimana kalau tidak bisa sembuh’

Kamu tidak jadi bermain.

Setiap kali kamu melihat luka di kakimu, kamu selalu ingat saat-saat dimana kamu jatuh dari sepeda. Itu sangat sakit, saat ngilu dan menakutkan. Kamu benci sepeda, kamu takut naik sepeda.

Saat perasaan seperti itu diteruskan, kamu akan mulai membenci batu dan tanah juga. Dan luka yang harusnya sudah sembuh malah makin bertambah sakit saja.

Healing…

Lalu suatu hari, orang yang paling kamu percaya didunia ini, berkata kepadamu,

“Jatuh saat pertama kali naik sepeda? Itu wajar! Dulu waktu ayah naik sepeda pertama kali, ayah bahkan masuk ke selokan, baju ayah hitam semua termasuk muka ayah! Stang sepedanya bengkok, pedalnya belah bahkan orangtua ayah harus bawa ayah ke tukang urut dan ditukang urut rasanya lebih sakit daripada jatuh dari sepeda! “ Ayah tertawa.

“Lalu, setelah itu ayah naik sepeda lagi? “

“Ayah naik sepeda lagi, lalu jatuh lagi, kali ini bibir ayah dijahit 8 jahitan, setelah itu ayah naik sepeda lagi, pas ada lomba tujuh belasan. Terus ada anak yang oleng, senggol sepeda ayah dan jatuh bersama. Kita punya luka yang sama di lutut, tapi anak itu menangis dan berhenti dari lomba. Karena ayah sudah pernah yang lebih parah, ayah tahu itu bukan apa apa dan lanjut ikut lomba, terus dapat juara ketiga!”

Kamu lalu belajar menertawakan lukamu. Dan tahu bahwa itu tidak apa apa, mendengar bahwa itu dialami oleh orang lain juga, membuat sakit dilukamu sedikit berkurang.

“Besok hari Minggu, ayo kita main sepeda, ayah akan ajarkan kamu, dan memastikan kamu tidak jatuh, mau? “

Sebuah kesempatan diberikan padamu, untuk mencoba lebih berani melawan sisa rasa sakitmu.

“Mau ayah, tolong aku ya”

Besoknya diatas sepeda, ayahmu berdiri didekatmu. Kamu memberanikan diri menaikinya sekali lagi, lalu saat kamu oleng dan ragu ayahmu akan mendekat dan terlihat khawatir. Sebenarnya ayahmu tidak benar-benar melalukan apapun selain memperhatikanmu, tapi itu membuat kamu merasa aman dan semakin ingin berhasil. Sepedamu lalu bergerak maju, makin seimbang dan makin cepat seiring dengan kepercayaan dirimu.

Saat kamu mengayuh, luka dikakimu terlihat olehmu. Lukanya masih sama, masih hitam dan terlihat jelek. Masih disana, masih membekas. Tapi kali ini, kamu tidak membiarkan luka itu mengontrol dirimu lagi.

Kamu tidak lagi benci sepeda yang mengajarimu rasa sakit, alih-alih menghindarinya, kamu menghadapinya dan menemukan kalau itu bukan apa-apa. Dan lebih lagi, kamu belajar caranya mengambil kesenangan dari sepeda itu.

Selamat, kamu telah healing.

Healing itu bukan berarti menghilangkan luka atau bekasnya dan tidak terluka lagi. Tidak. Lukanya masih disana, masih membekas. Masih jadi bagian dari hidupmu.

Healing itu saat kamu sudah tidak membiarkan luka itu mengontrol hidup dan keputusanmu lagi.

Meskipun masih sakit, saat kau menerimanya, belajar darinya dan berusaha tidak membiarkan luka itu menjadikanmu budak dari rasa sakitnya. Maka kamu selangkah menuju healing, lakukan segala cara, cobalah segala metode, mintalah bantuan dan bantu orang lain. Walau rasanya kamu telah hancur, jangan menyerah.

Cinta akan berkembang jika dipupuk, rasa sakit juga, akan membesar jika dipupuk.

Enjoy your pain and learn, keep walking and healing. Don’t stop here to die.

--

--

kintanalifa

My soul is a faith to be nurtured, my body is a law to be kept in a time.